Nuzanthra

Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator) yang Mendobrak Batas dengan Pancasila - NUZANTHRA -->

Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator) yang Mendobrak Batas dengan Pancasila

 

Foto Bapak Proklamator Republik Indonesia Ir Soekarno (Bung Karno)
Foto Bapak Proklamator Republik Indonesia Ir Soekarno (Bung Karno)

Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator) yang Mendobrak Batas dengan Pancasila

Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator)

Siapa yang tidak mengenal sosok Ir. Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia? Beliau adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah bangsa ini, yang berani memimpin perjuangan melawan penjajah dan mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, apakah Anda tahu bahwa beliau juga seorang insinyur yang berbakat, seorang pemikir yang visioner, dan seorang pemimpin yang karismatik? Artikel ini akan membahas tentang biografi Ir. Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia, yang mendobrak batas dengan Pancasila sebagai dasar negara. Anda akan mengetahui latar belakang, perjuangan, dan pemikiran Ir. Soekarno yang menginspirasi generasi bangsa. 

Masa Kecil dan Pendidikan Ir. Soekarno

Ir. Soekarno lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli Koesno Sosrodiharjo. Beliau adalah anak pertama dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayahnya adalah seorang guru di sekolah dasar, sedangkan ibunya adalah seorang bangsawan dari Bali. Beliau memiliki seorang adik perempuan bernama Sukarmini. Dalam biografi insinyur soekarno, kita dapat mengetahui bahwa beliau mengalami beberapa perpindahan tempat tinggal sejak kecil, karena ayahnya sering mendapat tugas mengajar di berbagai daerah. Beberapa tempat yang pernah dihuni oleh keluarga Soekarno antara lain Mojokerto, Tulungagung, Blitar, dan Jombang1.

Nama Koesno kemudian diganti menjadi Soekarno ketika beliau berusia sekitar enam bulan, karena sering sakit-sakitan. Nama Soekarno sendiri berasal dari kata suwarga (surga) dan no (tidak), yang berarti “tidak mau ke surga”. Hal ini menunjukkan harapan orangtuanya agar Soekarno tetap hidup dan sehat di dunia2. Nama Soekarno juga memiliki makna lain, yaitu “bercahaya” atau “bersinar”, yang menggambarkan kepribadian dan karisma beliau3.

Sejak kecil, Soekarno sudah menunjukkan bakat dan minatnya dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan. Beliau gemar membaca buku-buku tentang sejarah, geografi, filsafat, dan politik. Beliau juga mahir dalam menggambar, melukis, dan memahat. Salah satu karya seni Soekarno yang terkenal adalah patung Dewi Saraswati yang dibuatnya ketika bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) Mojokerto4. Selain itu, Soekarno juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti paduan suara, pramuka, dan olahraga.

Pendidikan formal Soekarno dimulai di ELS Mojokerto, kemudian dilanjutkan di HBS (Hoogere Burger School) Mojokerto. Di sana, beliau bertemu dengan Tjokroaminoto, seorang tokoh pergerakan nasional yang menjadi guru dan mentor bagi Soekarno. Tjokroaminoto mengajarkan Soekarno tentang Islam, nasionalisme, dan sosialisme. Beliau juga memperkenalkan Soekarno dengan organisasi Sarekat Islam, yang kemudian menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI)5.

Setelah lulus dari HBS pada tahun 1919, Soekarno melanjutkan pendidikannya di THS (Technische Hoogeschool) Bandung, yang sekarang dikenal sebagai ITB (Institut Teknologi Bandung). Di sana, beliau mengambil jurusan teknik sipil, dan menjadi salah satu mahasiswa terbaik. Beliau juga aktif dalam organisasi mahasiswa, seperti Jong Java dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Di samping itu, beliau juga mulai menulis artikel-artikel tentang politik, ekonomi, dan budaya, yang dimuat di berbagai media, seperti Sin Po, Oetoesan Hindia, dan Pemandangan6.

Pada tahun 1926, Soekarno berhasil menyelesaikan studinya di THS dengan predikat cum laude. Beliau menjadi insinyur pertama yang lahir dari rakyat Indonesia. Gelar insinyur yang disandangnya menunjukkan keahlian dan prestasinya dalam bidang teknik. Namun, Soekarno tidak hanya puas dengan menjadi seorang insinyur. Beliau juga ingin menjadi seorang pemimpin yang dapat membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Untuk itu, beliau terus berjuang dan bergerak dalam arena politik, yang akan kita bahas dalam bagian selanjutnya7.

Perjuangan Ir. Soekarno dalam Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia

Foto Suasana Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Foto Suasana Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia


Ir. Soekarno adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia adalah presiden pertama Republik Indonesia dan Bapak Proklamator bersama Mohammad Hatta. Perjuangan Ir. Soekarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah. Ia harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dari penjajah Belanda dan Jepang, serta dari golongan muda yang mendesaknya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, dengan semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme yang tinggi, Ir. Soekarno berhasil membawa bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Ir. Soekarno terlibat dalam gerakan nasionalisme dan anti-kolonialisme sejak muda. Ia lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru sekolah dasar, dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai, seorang wanita Bali. Sejak kecil, Ir. Soekarno sudah menunjukkan bakat kepemimpinan dan kecerdasan. Ia menempuh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda, seperti ELS (Europeesche Lagere School), HBS (Hogere Burger School), dan THS (Technische Hoogeschool) di Bandung. Di sana, ia belajar tentang teknik sipil dan arsitektur, serta mengenal berbagai pemikiran Barat, seperti sosialisme, demokrasi, dan nasionalisme.

Ir. Soekarno mulai aktif dalam organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Jong Java, Indische Partij, dan Algemeene Studieclub. Pada tahun 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), partai politik pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia secara terbuka. PNI menarik banyak simpati dari rakyat, terutama kaum pergerakan, pelajar, dan buruh. Ir. Soekarno menjadi pemimpin dan juru bicara PNI. Ia sering mengadakan pidato-pidato yang menggugah semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme. Salah satu pidatonya yang terkenal adalah Indonesia Menggugat, yang ia sampaikan di pengadilan pada tahun 1930.

Pidato Ir. Soekarno itu membuat pemerintah kolonial Belanda marah. Ia ditangkap dan diadili dengan tuduhan menghasut rakyat untuk memberontak. Ia divonis empat tahun penjara di Penjara Sukamiskin, Bandung. Setelah bebas pada tahun 1934, ia kembali ditangkap dan diasingkan ke Ende, Flores, dan kemudian ke Bengkulu. Di sana, ia bertemu dengan Fatmawati, yang kemudian menjadi istrinya. Selama masa pengasingan, Ir. Soekarno tetap berhubungan dengan para pemimpin nasional lainnya, seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka.

Pada tahun 1942, Jepang mengalahkan Belanda dan menguasai Indonesia. Jepang mengaku sebagai saudara tua dan pembebas Asia dari penjajahan Barat. Namun, Jepang juga melakukan penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia. Jepang membebaskan Ir. Soekarno dan para pemimpin nasional lainnya dari pengasingan, dan mengajak mereka bekerja sama untuk mendukung perang Asia Timur Raya. Ir. Soekarno menerima tawaran Jepang, dengan harapan dapat memanfaatkan situasi untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Ir. Soekarno bersama dengan Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur membentuk Empat Serangkai, kelompok nasionalis yang berusaha menggalang dukungan rakyat untuk kemerdekaan Indonesia. Mereka juga terlibat dalam berbagai badan yang dibentuk oleh Jepang, seperti Putera, Jawa Hokokai, dan BPUPKI. Di badan-badan itu, Ir. Soekarno berperan sebagai perumus dan pembela dasar negara dan konstitusi Indonesia. Ia mengemukakan lima sila yang menjadi dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila. Ia juga berpidato dengan menggebrak meja dan menyatakan bahwa Indonesia harus merdeka sekarang juga.

Pada bulan Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Namun, Jepang tidak memberitahu hal ini kepada rakyat Indonesia. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta mendapat informasi dari radio Australia dan BBC. Mereka berencana untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun, golongan muda yang tidak sabar menunggu, menculik Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Mereka mendesak agar proklamasi dilakukan secepatnya.

Setelah melalui perundingan yang alot, akhirnya Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka menyiapkan naskah proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda, seorang perwira Jepang yang bersimpati dengan perjuangan Indonesia. Naskah proklamasi disusun berdasarkan rancangan yang dibuat oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Naskah itu kemudian diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta. Pada pukul 10.00, Soekarno membacakan teks proklamasi di depan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Ia didampingi oleh Hatta dan disaksikan oleh ratusan orang yang bersorak-sorai. Dengan demikian, Indonesia resmi merdeka dari penjajahan.

Perjuangan Ir. Soekarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah perjuangan yang luar biasa dan menginspirasi. Ia menunjukkan semangat, keberanian, dan kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantangan. Ia juga menjadi pemimpin dan juru bicara yang mampu menggerakkan hati dan pikiran rakyat Indonesia untuk berjuang demi kemerdekaannya. Ia adalah salah satu pahlawan nasional yang patut dihormati dan diteladani oleh generasi penerus bangsa.

Pemikiran Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai Dasar Negara sehingga menjadi Legenda Pahlawan Indonesia

Ir. Soekarno atau yang lebih akrab disapa Bung Karno adalah salah satu pahlawan proklamator dan presiden pertama Indonesia. Ia juga dikenal sebagai singa podium karena keahliannya dalam berpidato dan menggerakkan rakyat. Salah satu pemikiran terbesarnya adalah Pancasila, yang menjadi dasar negara dan ideologi Indonesia. Bagaimana latar belakang, proses, dan implementasi pemikiran Bung Karno tentang Pancasila? Mari kita simak ulasannya.

Apa itu Pancasila?

Pancasila dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila adalah suatu konsep yang terdiri dari lima prinsip dasar yang menjadi landasan bagi negara dan bangsa Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila pertama kali diusulkan oleh Bung Karno dalam pidatonya di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. 

Lima prinsip yang diajukan oleh Bung Karno adalah:

  • Kebangsaan Indonesia, yang berarti rasa persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan.
  • Internasionalisme atau perikemanusiaan, yang berarti sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain yang berdasarkan persamaan hak dan kewajiban serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
  • Mufakat atau demokrasi, yang berarti sistem pemerintahan yang berdasarkan kehendak rakyat yang diwujudkan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat atau kesepakatan bersama.
  • Kesejahteraan sosial, yang berarti tujuan negara untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.
  • Ketuhanan yang Maha Esa, yang berarti pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing rakyat Indonesia.

Pancasila kemudian ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dengan sedikit perubahan urutan dan redaksi, yaitu:

  • Ketuhanan Yang Maha Esa
  • Kemanusiaan yang adil dan beradab
  • Persatuan Indonesia
  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  • Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Bagaimana Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara?

  • Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dengan berdasarkan pada latar belakang sejarah, sosial, budaya, dan geopolitik Indonesia. Ia menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam dan heterogen, baik dari segi suku, bahasa, agama, maupun adat istiadat. Oleh karena itu, ia mencari suatu konsep yang dapat menyatukan dan mengikat seluruh rakyat Indonesia dalam satu kesatuan nasional.
  • Bung Karno juga memperhatikan perkembangan dunia yang saat itu sedang dilanda oleh perang dunia kedua dan konflik ideologi antara fasisme, komunisme, dan demokrasi. Ia ingin Indonesia menjadi negara yang merdeka, berdaulat, dan berkepribadian, yang tidak terjebak dalam pengaruh atau campur tangan negara-negara asing. Oleh karena itu, ia mencari suatu konsep yang dapat menunjukkan identitas dan cita-cita Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan berperan dalam pergaulan internasional.
  • Bung Karno juga mengambil inspirasi dari berbagai sumber, baik dari agama, filsafat, budaya, maupun sejarah Indonesia. Ia menggabungkan unsur-unsur dari Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, serta paham nasionalisme, sosialisme, dan demokrasi. Ia juga mengacu pada konsep-konsep yang pernah ada dalam sejarah Indonesia, seperti Dasa Sila yang diusulkan oleh Kertanegara, raja Singasari, pada abad ke-13, dan Panca Dharma yang diusulkan oleh Bung Karno sendiri pada tahun 1944, saat bekerja sama dengan Jepang.
  • Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dengan cara yang sangat meyakinkan dan menggugah. Ia berpidato di depan sidang BPUPKI dengan gaya yang khas, yaitu menggebrak meja, menunjuk-nunjuk, dan mengucapkan kata-kata yang berbobot dan berirama. Ia juga menggunakan berbagai metafora, analogi, dan perumpamaan untuk menjelaskan makna dan tujuan Pancasila. Ia berhasil memikat hati dan pikiran para anggota BPUPKI, yang terdiri dari berbagai latar belakang dan pandangan politik.

Bagaimana Bung Karno menghadapi tantangan dan kritik terhadap Pancasila?

  • Bung Karno menghadapi berbagai tantangan dan kritik terhadap Pancasila, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, Pancasila mendapat tantangan dari golongan Islam, yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam yang berdasarkan pada syariat Islam. Bung Karno menolak usulan ini dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk dan pluralis, yang tidak dapat dipaksakan untuk menganut satu agama saja. Ia juga menegaskan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, melainkan mengakomodasi nilai-nilai Islam dalam prinsip-prinsipnya.
  • Bung Karno juga menghadapi kritik dari golongan komunis, yang menganggap Pancasila sebagai konsep yang borjuis dan reaksioner, yang tidak sesuai dengan paham kelas dan revolusi. Bung Karno membantah kritik ini dengan mengatakan bahwa Pancasila adalah konsep yang progresif dan revolusioner, yang sesuai dengan kepentingan dan aspirasi rakyat Indonesia. Ia juga menunjukkan bahwa Pancasila mengandung unsur-unsur sosialisme dalam prinsip-prinsipnya.
  • Dari luar negeri, Pancasila mendapat tantangan dari negara-negara Barat, yang menganggap Pancasila sebagai konsep yang ambigu dan kompromis, yang tidak jelas arah dan tujuannya. Bung Karno menanggapi tantangan ini dengan menyatakan bahwa Pancasila adalah konsep yang dinamis dan fleksibel, yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan situasi. Ia juga menegaskan bahwa Pancasila adalah konsep yang orisinal dan otonom, yang tidak tergantung atau terikat dengan ideologi-ideologi asing.

Bagaimana Bung Karno menerapkan Pancasila dalam kebijakan dan program pemerintahannya?

Bung Karno menerapkan Pancasila dalam kebijakan dan program pemerintahannya dengan berbagai cara, antara lain:

  • Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia, yang mengakui dan menghormati keberagaman dan kekhasan daerah-daerah di seluruh nusantara, serta memberikan otonomi dan desentralisasi dalam pemerintahan.
  • Membangun hubungan persahabatan dan kerja sama dengan negara-negara lain, terutama negara-negara berkembang dan non-blok, serta menjadi inisiator dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, yang melahirkan gerakan Non-Blok dan Deklarasi Djuanda, yang menetapkan wilayah laut Indonesia sebagai wilayah kedaulatan negara.
  • Mendorong partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam politik dan pembangunan, melalui sistem demokrasi terpimpin, yang mengutamakan musyawarah dan mufakat, serta melalui konsep Nasakom, yang menggabungkan unsur-unsur nasionalis, agamis, dan komunis

 

Penutup

Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang biografi Ir. Soekarno, Legenda Pahlawan Indonesia Bapak Proklamator yang Mendobrak Batas dengan Pancasila. Kita telah mengetahui latar belakang, perjuangan, dan pemikiran Ir. Soekarno yang menginspirasi generasi bangsa. Kita juga telah mengetahui bagaimana Ir. Soekarno mengusulkan, menghadapi, dan menerapkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Indonesia.

Apa pesan atau kesimpulan yang ingin kita sampaikan kepada pembaca? Pesan atau kesimpulan yang ingin kita sampaikan adalah bahwa Ir. Soekarno adalah sosok yang patut kita hormati dan teladani sebagai pahlawan nasional dan presiden pertama Indonesia. Ir. Soekarno adalah seorang insinyur yang berbakat, seorang pemikir yang visioner, dan seorang pemimpin yang karismatik. Ia adalah seorang ahli bahasa dan copywriter profesional yang mampu menulis dan berpidato dengan gaya yang kreatif, menarik, dan menggugah. Ia adalah seorang singa podium yang berani memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan membela Pancasila sebagai dasar negara.


FAQ

Q: Siapa itu Ir. Soekarno? A: Ir. Soekarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia sekaligus presiden pertama Republik Indonesia. Ia juga dikenal sebagai Bung Karno, Bapak Proklamator, dan Legenda Pahlawan Indonesia.

Q: Apa itu Pancasila? A: Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia yang terdiri dari lima prinsip, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Q: Bagaimana peran Ir. Soekarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? A: Ir. Soekarno berperan sebagai pemimpin dan juru bicara gerakan nasionalisme dan anti-kolonialisme Indonesia. Ia bersama dengan Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di depan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945.

Q: Bagaimana pemikiran Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai dasar negara? A: Ir. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dengan berdasarkan pada latar belakang sejarah, sosial, budaya, dan geopolitik Indonesia. Ia menggabungkan unsur-unsur dari berbagai agama dan ideologi yang ada di Indonesia, serta mengacu pada konsep-konsep yang pernah ada dalam sejarah Indonesia. Ia juga berpidato dengan gaya yang meyakinkan dan menggugah untuk menjelaskan makna dan tujuan Pancasila.

Q: Bagaimana tantangan dan kritik yang dihadapi Ir. Soekarno terkait Pancasila? A: Ir. Soekarno menghadapi tantangan dan kritik dari berbagai pihak terkait Pancasila, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, Pancasila mendapat tantangan dari golongan Islam, yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam, dan dari golongan komunis, yang menganggap Pancasila sebagai konsep yang borjuis dan reaksioner. Dari luar negeri, Pancasila mendapat tantangan dari negara-negara Barat, yang menganggap Pancasila sebagai konsep yang ambigu dan kompromis.

Q: Bagaimana Ir. Soekarno menerapkan Pancasila dalam kebijakan dan program pemerintahannya? A: Ir. Soekarno menerapkan Pancasila dalam kebijakan dan program pemerintahannya dengan berbagai cara, antara lain:

  • Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia, yang mengakui dan menghormati keberagaman dan kekhasan daerah-daerah di seluruh nusantara, serta memberikan otonomi dan desentralisasi dalam pemerintahan.
  • Membangun hubungan persahabatan dan kerja sama dengan negara-negara lain, terutama negara-negara berkembang dan non-blok, serta menjadi inisiator dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, yang melahirkan gerakan Non-Blok dan Deklarasi Djuanda, yang menetapkan wilayah laut Indonesia sebagai wilayah kedaulatan negara.
  • Mendorong partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam politik dan pembangunan, melalui sistem demokrasi terpimpin, yang mengutamakan musyawarah dan mufakat, serta melalui konsep Nasakom, yang menggabungkan unsur-unsur nasionalis, agamis, dan komunis.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

NUZANTHRA