Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator) yang Mendobrak Batas dengan Pancasila
Foto Bapak Proklamator Republik Indonesia Ir Soekarno (Bung Karno) |
Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator) yang Mendobrak Batas dengan
Pancasila
Ir. Soekarno: Legenda Pahlawan Indonesia (Bapak Proklamator)
Siapa yang tidak mengenal sosok Ir. Soekarno, Bapak
Proklamator Indonesia? Beliau adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam
sejarah bangsa ini, yang berani memimpin perjuangan melawan penjajah dan
mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun,
apakah Anda tahu bahwa beliau juga seorang insinyur yang berbakat, seorang
pemikir yang visioner, dan seorang pemimpin yang karismatik? Artikel ini akan
membahas tentang biografi Ir. Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia, yang
mendobrak batas dengan Pancasila sebagai dasar negara. Anda akan mengetahui
latar belakang, perjuangan, dan pemikiran Ir. Soekarno yang menginspirasi
generasi bangsa.
Masa Kecil dan Pendidikan Ir. Soekarno
Ir. Soekarno lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901
dengan nama asli Koesno Sosrodiharjo. Beliau adalah anak pertama dari pasangan
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayahnya adalah seorang guru
di sekolah dasar, sedangkan ibunya adalah seorang bangsawan dari Bali. Beliau
memiliki seorang adik perempuan bernama Sukarmini. Dalam biografi insinyur
soekarno, kita dapat mengetahui bahwa beliau mengalami beberapa perpindahan
tempat tinggal sejak kecil, karena ayahnya sering mendapat tugas mengajar di
berbagai daerah. Beberapa tempat yang pernah dihuni oleh keluarga Soekarno
antara lain Mojokerto, Tulungagung, Blitar, dan Jombang1.
Nama Koesno kemudian diganti menjadi Soekarno ketika beliau
berusia sekitar enam bulan, karena sering sakit-sakitan. Nama Soekarno sendiri
berasal dari kata suwarga (surga) dan no (tidak), yang berarti “tidak mau ke
surga”. Hal ini menunjukkan harapan orangtuanya agar Soekarno tetap hidup
dan sehat di dunia2. Nama Soekarno juga memiliki makna lain,
yaitu “bercahaya” atau “bersinar”, yang menggambarkan kepribadian dan karisma
beliau3.
Sejak kecil, Soekarno sudah menunjukkan bakat dan minatnya
dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan. Beliau gemar membaca buku-buku tentang
sejarah, geografi, filsafat, dan politik. Beliau juga mahir dalam menggambar,
melukis, dan memahat. Salah satu karya seni Soekarno yang terkenal adalah
patung Dewi Saraswati yang dibuatnya ketika bersekolah di ELS (Europeesche
Lagere School) Mojokerto4. Selain itu, Soekarno juga aktif dalam
berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti paduan suara, pramuka, dan olahraga.
Pendidikan formal Soekarno dimulai di ELS Mojokerto, kemudian
dilanjutkan di HBS (Hoogere Burger School) Mojokerto. Di sana, beliau bertemu
dengan Tjokroaminoto, seorang tokoh pergerakan nasional yang menjadi guru dan
mentor bagi Soekarno. Tjokroaminoto mengajarkan Soekarno tentang Islam,
nasionalisme, dan sosialisme. Beliau juga memperkenalkan Soekarno dengan
organisasi Sarekat Islam, yang kemudian menjadi cikal bakal Partai Nasional
Indonesia (PNI)5.
Setelah lulus dari HBS pada tahun 1919, Soekarno melanjutkan
pendidikannya di THS (Technische Hoogeschool) Bandung, yang sekarang dikenal
sebagai ITB (Institut Teknologi Bandung). Di sana, beliau mengambil jurusan
teknik sipil, dan menjadi salah satu mahasiswa terbaik. Beliau juga aktif dalam
organisasi mahasiswa, seperti Jong Java dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia (PPPI). Di samping itu, beliau juga mulai menulis
artikel-artikel tentang politik, ekonomi, dan budaya, yang dimuat di berbagai
media, seperti Sin Po, Oetoesan Hindia, dan Pemandangan6.
Pada tahun 1926, Soekarno berhasil menyelesaikan studinya di
THS dengan predikat cum laude. Beliau menjadi insinyur pertama yang lahir dari
rakyat Indonesia. Gelar insinyur yang disandangnya menunjukkan keahlian dan
prestasinya dalam bidang teknik. Namun, Soekarno tidak hanya puas dengan
menjadi seorang insinyur. Beliau juga ingin menjadi seorang pemimpin yang dapat
membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Untuk itu, beliau terus
berjuang dan bergerak dalam arena politik, yang akan kita bahas dalam bagian
selanjutnya7.
Perjuangan Ir. Soekarno dalam Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia
Foto Suasana Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia |
Ir. Soekarno adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia adalah presiden pertama Republik Indonesia
dan Bapak Proklamator bersama Mohammad Hatta. Perjuangan Ir. Soekarno dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah. Ia harus menghadapi
berbagai tantangan dan rintangan dari penjajah Belanda dan Jepang, serta dari golongan
muda yang mendesaknya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, dengan
semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme yang tinggi, Ir. Soekarno berhasil
membawa bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ir. Soekarno terlibat dalam gerakan nasionalisme dan
anti-kolonialisme sejak muda. Ia lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya,
Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru sekolah
dasar, dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai, seorang wanita Bali. Sejak kecil,
Ir. Soekarno sudah menunjukkan bakat kepemimpinan dan kecerdasan. Ia menempuh
pendidikan di sekolah-sekolah Belanda, seperti ELS (Europeesche Lagere School),
HBS (Hogere Burger School), dan THS (Technische Hoogeschool) di Bandung. Di sana,
ia belajar tentang teknik sipil dan arsitektur, serta mengenal berbagai
pemikiran Barat, seperti sosialisme, demokrasi, dan nasionalisme.
Ir. Soekarno mulai aktif dalam organisasi-organisasi
pergerakan nasional, seperti Jong Java, Indische Partij, dan Algemeene
Studieclub. Pada tahun 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI),
partai politik pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia secara terbuka. PNI
menarik banyak simpati dari rakyat, terutama kaum pergerakan, pelajar, dan
buruh. Ir. Soekarno menjadi pemimpin dan juru bicara PNI. Ia sering mengadakan
pidato-pidato yang menggugah semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme. Salah
satu pidatonya yang terkenal adalah Indonesia Menggugat, yang ia sampaikan di
pengadilan pada tahun 1930.
Pidato Ir. Soekarno itu membuat pemerintah kolonial Belanda
marah. Ia ditangkap dan diadili dengan tuduhan menghasut rakyat untuk
memberontak. Ia divonis empat tahun penjara di Penjara Sukamiskin, Bandung.
Setelah bebas pada tahun 1934, ia kembali ditangkap dan diasingkan ke Ende,
Flores, dan kemudian ke Bengkulu. Di sana, ia bertemu dengan Fatmawati, yang
kemudian menjadi istrinya. Selama masa pengasingan, Ir. Soekarno tetap
berhubungan dengan para pemimpin nasional lainnya, seperti Mohammad Hatta,
Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka.
Pada tahun 1942, Jepang mengalahkan Belanda dan menguasai
Indonesia. Jepang mengaku sebagai saudara tua dan pembebas Asia dari penjajahan
Barat. Namun, Jepang juga melakukan penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat
Indonesia. Jepang membebaskan Ir. Soekarno dan para pemimpin nasional lainnya
dari pengasingan, dan mengajak mereka bekerja sama untuk mendukung perang Asia
Timur Raya. Ir. Soekarno menerima tawaran Jepang, dengan harapan dapat
memanfaatkan situasi untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Ir. Soekarno bersama dengan Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan KH Mas Mansyur membentuk Empat Serangkai, kelompok nasionalis
yang berusaha menggalang dukungan rakyat untuk kemerdekaan Indonesia. Mereka
juga terlibat dalam berbagai badan yang dibentuk oleh Jepang, seperti Putera,
Jawa Hokokai, dan BPUPKI. Di badan-badan itu, Ir. Soekarno berperan sebagai
perumus dan pembela dasar negara dan konstitusi Indonesia. Ia mengemukakan lima
sila yang menjadi dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila. Ia juga berpidato
dengan menggebrak meja dan menyatakan bahwa Indonesia harus merdeka sekarang
juga.
Pada bulan Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa
syarat. Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Namun, Jepang tidak memberitahu hal ini kepada rakyat
Indonesia. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta mendapat informasi dari radio
Australia dan BBC. Mereka berencana untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun, golongan muda yang tidak sabar
menunggu, menculik Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok pada
tanggal 16 Agustus 1945. Mereka mendesak agar proklamasi dilakukan secepatnya.
Setelah melalui perundingan yang alot, akhirnya Ir. Soekarno
dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka
menyiapkan naskah proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda, seorang perwira
Jepang yang bersimpati dengan perjuangan Indonesia. Naskah proklamasi disusun
berdasarkan rancangan yang dibuat oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo.
Naskah itu kemudian diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Soekarno
dan Hatta. Pada pukul 10.00, Soekarno membacakan teks proklamasi di depan
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Ia didampingi oleh Hatta dan
disaksikan oleh ratusan orang yang bersorak-sorai. Dengan demikian, Indonesia
resmi merdeka dari penjajahan.
Perjuangan Ir. Soekarno dalam memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia adalah perjuangan yang luar biasa dan menginspirasi. Ia menunjukkan
semangat, keberanian, dan kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi berbagai
rintangan dan tantangan. Ia juga menjadi pemimpin dan juru bicara yang mampu
menggerakkan hati dan pikiran rakyat Indonesia untuk berjuang demi
kemerdekaannya. Ia adalah salah satu pahlawan nasional yang patut dihormati dan
diteladani oleh generasi penerus bangsa.
Pemikiran Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai Dasar Negara sehingga menjadi Legenda Pahlawan Indonesia
Ir. Soekarno atau yang lebih akrab disapa Bung Karno adalah
salah satu pahlawan proklamator dan presiden pertama Indonesia. Ia juga dikenal
sebagai singa podium karena keahliannya dalam berpidato dan menggerakkan
rakyat. Salah satu pemikiran terbesarnya adalah Pancasila, yang menjadi dasar
negara dan ideologi Indonesia. Bagaimana latar belakang, proses, dan
implementasi pemikiran Bung Karno tentang Pancasila? Mari kita simak ulasannya.
Apa itu Pancasila?
Pancasila dasar Negara Republik Indonesia |
Pancasila adalah suatu konsep yang terdiri dari lima prinsip dasar yang menjadi landasan bagi negara dan bangsa Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila pertama kali diusulkan oleh Bung Karno dalam pidatonya di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945.
Lima prinsip yang diajukan oleh Bung Karno adalah:
- Kebangsaan Indonesia, yang berarti rasa persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan.
- Internasionalisme atau perikemanusiaan, yang berarti sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain yang berdasarkan persamaan hak dan kewajiban serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
- Mufakat atau demokrasi, yang berarti sistem pemerintahan yang berdasarkan kehendak rakyat yang diwujudkan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat atau kesepakatan bersama.
- Kesejahteraan sosial, yang berarti tujuan negara untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.
- Ketuhanan yang Maha Esa, yang berarti pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing rakyat Indonesia.
Pancasila kemudian ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dengan sedikit perubahan urutan dan redaksi, yaitu:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Bagaimana Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara?
- Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dengan berdasarkan pada latar belakang sejarah, sosial, budaya, dan geopolitik Indonesia. Ia menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam dan heterogen, baik dari segi suku, bahasa, agama, maupun adat istiadat. Oleh karena itu, ia mencari suatu konsep yang dapat menyatukan dan mengikat seluruh rakyat Indonesia dalam satu kesatuan nasional.
- Bung Karno juga memperhatikan perkembangan dunia yang saat itu sedang dilanda oleh perang dunia kedua dan konflik ideologi antara fasisme, komunisme, dan demokrasi. Ia ingin Indonesia menjadi negara yang merdeka, berdaulat, dan berkepribadian, yang tidak terjebak dalam pengaruh atau campur tangan negara-negara asing. Oleh karena itu, ia mencari suatu konsep yang dapat menunjukkan identitas dan cita-cita Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan berperan dalam pergaulan internasional.
- Bung Karno juga mengambil inspirasi dari berbagai sumber, baik dari agama, filsafat, budaya, maupun sejarah Indonesia. Ia menggabungkan unsur-unsur dari Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, serta paham nasionalisme, sosialisme, dan demokrasi. Ia juga mengacu pada konsep-konsep yang pernah ada dalam sejarah Indonesia, seperti Dasa Sila yang diusulkan oleh Kertanegara, raja Singasari, pada abad ke-13, dan Panca Dharma yang diusulkan oleh Bung Karno sendiri pada tahun 1944, saat bekerja sama dengan Jepang.
- Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dengan cara yang sangat meyakinkan dan menggugah. Ia berpidato di depan sidang BPUPKI dengan gaya yang khas, yaitu menggebrak meja, menunjuk-nunjuk, dan mengucapkan kata-kata yang berbobot dan berirama. Ia juga menggunakan berbagai metafora, analogi, dan perumpamaan untuk menjelaskan makna dan tujuan Pancasila. Ia berhasil memikat hati dan pikiran para anggota BPUPKI, yang terdiri dari berbagai latar belakang dan pandangan politik.
Bagaimana Bung Karno menghadapi tantangan dan kritik terhadap Pancasila?
- Bung Karno menghadapi berbagai tantangan dan kritik terhadap Pancasila, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, Pancasila mendapat tantangan dari golongan Islam, yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam yang berdasarkan pada syariat Islam. Bung Karno menolak usulan ini dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk dan pluralis, yang tidak dapat dipaksakan untuk menganut satu agama saja. Ia juga menegaskan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, melainkan mengakomodasi nilai-nilai Islam dalam prinsip-prinsipnya.
- Bung Karno juga menghadapi kritik dari golongan komunis, yang menganggap Pancasila sebagai konsep yang borjuis dan reaksioner, yang tidak sesuai dengan paham kelas dan revolusi. Bung Karno membantah kritik ini dengan mengatakan bahwa Pancasila adalah konsep yang progresif dan revolusioner, yang sesuai dengan kepentingan dan aspirasi rakyat Indonesia. Ia juga menunjukkan bahwa Pancasila mengandung unsur-unsur sosialisme dalam prinsip-prinsipnya.
- Dari luar negeri, Pancasila mendapat tantangan dari negara-negara Barat, yang menganggap Pancasila sebagai konsep yang ambigu dan kompromis, yang tidak jelas arah dan tujuannya. Bung Karno menanggapi tantangan ini dengan menyatakan bahwa Pancasila adalah konsep yang dinamis dan fleksibel, yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan situasi. Ia juga menegaskan bahwa Pancasila adalah konsep yang orisinal dan otonom, yang tidak tergantung atau terikat dengan ideologi-ideologi asing.
Bagaimana Bung Karno menerapkan Pancasila dalam kebijakan dan program pemerintahannya?
Bung Karno menerapkan Pancasila dalam kebijakan dan program pemerintahannya dengan berbagai cara, antara lain:
- Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia, yang mengakui dan menghormati keberagaman dan kekhasan daerah-daerah di seluruh nusantara, serta memberikan otonomi dan desentralisasi dalam pemerintahan.
- Membangun hubungan persahabatan dan kerja sama dengan negara-negara lain, terutama negara-negara berkembang dan non-blok, serta menjadi inisiator dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, yang melahirkan gerakan Non-Blok dan Deklarasi Djuanda, yang menetapkan wilayah laut Indonesia sebagai wilayah kedaulatan negara.
- Mendorong partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam politik dan pembangunan, melalui sistem demokrasi terpimpin, yang mengutamakan musyawarah dan mufakat, serta melalui konsep Nasakom, yang menggabungkan unsur-unsur nasionalis, agamis, dan komunis
Penutup
Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang biografi Ir.
Soekarno, Legenda Pahlawan Indonesia Bapak Proklamator yang Mendobrak Batas
dengan Pancasila. Kita telah mengetahui latar belakang, perjuangan, dan
pemikiran Ir. Soekarno yang menginspirasi generasi bangsa. Kita juga telah
mengetahui bagaimana Ir. Soekarno mengusulkan, menghadapi, dan menerapkan
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Indonesia.
Apa pesan atau kesimpulan yang ingin kita sampaikan kepada
pembaca? Pesan atau kesimpulan yang ingin kita sampaikan adalah bahwa Ir.
Soekarno adalah sosok yang patut kita hormati dan teladani sebagai pahlawan
nasional dan presiden pertama Indonesia. Ir. Soekarno adalah seorang insinyur
yang berbakat, seorang pemikir yang visioner, dan seorang pemimpin yang
karismatik. Ia adalah seorang ahli bahasa dan copywriter profesional yang mampu
menulis dan berpidato dengan gaya yang kreatif, menarik, dan menggugah. Ia
adalah seorang singa podium yang berani memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
dan membela Pancasila sebagai dasar negara.
FAQ
Q: Siapa itu Ir. Soekarno? A: Ir. Soekarno adalah proklamator kemerdekaan
Indonesia sekaligus presiden pertama Republik Indonesia. Ia juga dikenal
sebagai Bung Karno, Bapak Proklamator, dan Legenda Pahlawan Indonesia.
Q: Apa itu Pancasila? A: Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia
yang terdiri dari lima prinsip, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Q: Bagaimana peran Ir. Soekarno dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia? A: Ir. Soekarno berperan sebagai pemimpin dan juru bicara gerakan
nasionalisme dan anti-kolonialisme Indonesia. Ia bersama dengan Mohammad Hatta
membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di depan rumahnya di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945.
Q: Bagaimana pemikiran Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai
dasar negara? A:
Ir. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dengan berdasarkan pada
latar belakang sejarah, sosial, budaya, dan geopolitik Indonesia. Ia
menggabungkan unsur-unsur dari berbagai agama dan ideologi yang ada di
Indonesia, serta mengacu pada konsep-konsep yang pernah ada dalam sejarah
Indonesia. Ia juga berpidato dengan gaya yang meyakinkan dan menggugah untuk
menjelaskan makna dan tujuan Pancasila.
Q: Bagaimana tantangan dan kritik yang dihadapi Ir. Soekarno
terkait Pancasila? A:
Ir. Soekarno menghadapi tantangan dan kritik dari berbagai pihak terkait
Pancasila, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri,
Pancasila mendapat tantangan dari golongan Islam, yang menginginkan Indonesia
menjadi negara Islam, dan dari golongan komunis, yang menganggap Pancasila
sebagai konsep yang borjuis dan reaksioner. Dari luar negeri, Pancasila
mendapat tantangan dari negara-negara Barat, yang menganggap Pancasila sebagai
konsep yang ambigu dan kompromis.
Q: Bagaimana Ir. Soekarno menerapkan Pancasila dalam
kebijakan dan program pemerintahannya? A: Ir. Soekarno menerapkan Pancasila dalam kebijakan
dan program pemerintahannya dengan berbagai cara, antara lain:
- Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia, yang mengakui dan menghormati keberagaman dan kekhasan daerah-daerah di seluruh nusantara, serta memberikan otonomi dan desentralisasi dalam pemerintahan.
- Membangun hubungan persahabatan dan kerja sama dengan negara-negara lain, terutama negara-negara berkembang dan non-blok, serta menjadi inisiator dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, yang melahirkan gerakan Non-Blok dan Deklarasi Djuanda, yang menetapkan wilayah laut Indonesia sebagai wilayah kedaulatan negara.
- Mendorong partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam politik dan pembangunan, melalui sistem demokrasi terpimpin, yang mengutamakan musyawarah dan mufakat, serta melalui konsep Nasakom, yang menggabungkan unsur-unsur nasionalis, agamis, dan komunis.